Kamis, 09 April 2015

Wacana dan Prasyarat Wacana



Wacana dan Prasyarat Wacana

A.    Pengertian Wacana
Menurut Kridalaksana (1992:231) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Pengertian wacana menurut Kridalaksana tidak sejalan dengan pengertian wacana yang dikemukakan oleh Syamsudin (1992:5) yang menyebutkan bahwa wacana merupakan rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal dan disajikan secara teratus, sistematis, dan dalam bentuk kesatuan yang koheren antara unsur-unsur sefmental maupun unsur-unsur nonsegmental.
Pengertian wacana menurut dua ahli di atas, sangat berbeda jika dikaitkan dengan pengertian wacana yang dikemukakan oleh Vandjik (1977:3) yang menyebutkan bahwa wacana adalah suatu kesatuan bangun teuritis yang sifatnya abstrak (The abstract theoretical constract). Sedangkan menurut Alwa, dkk (2003:419) menyebutkan bahwa wacana adalah renteten kalimat yang menghubungkan antara proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan suatu kesatuan bahasa terlengkap yang terdiri dari fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Wacana merupakan satuan bahasa yang didalamnya terdapat kohesi dan koherensi antara unsur-unsur yang membentuk wacana, serta wacana merupakan suatu bangun teoritis yang bersifat abstrak, dengan kata lain wacana dapat terbentuk dari hubungan kata dengan simbol, atau lambang-lambang tertentu yang memiliki keterkaitan kohesi dan koherensi serta membehas sebuah topik tertentu.

B.     Prasyarat Terbentuknya Wacana
Berbagai pengertian mengenai wacana telah dibahas di atas, salah satunya adalah bahwa wacana merupakan suatu susunan bahasa tertinggi dan terlengkap yang didalamnya terdapat kohesi dan koherensi. Adapun syarat-syarat terbentuknya wacana adlah sebagai berikut.
1.      Topik
Wacana sebagai hubungan dari serangkaian unsur kebahasaan memiliki suatu ide atau gagasan yang akan disampaikan dan diuraikan membantuk penjelasan yang pada dasarnya merujuk pada satu topik tertentu. Kemudian topik yang diangkat akan memberikan tujuan tertentu. Tujuam dalam wacana didasarkan pada konteks wacana itu digunakan. Semisal, wacana persuasif, yakni wacana yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan hal-hal tertentu.
2.      Kohesi dan Koherensi
wacana sevagai serangkaian unsur-unsur bahasa yang menjelaskan suatu ide atau gagasan tertentu, biasanya memiliki kepaduan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain (kohesi), sehingga tercipta kepaduan makna (koherensi). kekohesifan dalam wacana, yakni adanya keterkaitan antarklausa, antar kalimat, maupun antara simbol dengan unsur penjelasnya. Koherensi merupakan keterkaitan makna, dimana koherensi dapat diperoleh dari penggunaan aspek-aspek gramatikal, misalnya konjungsi, preposisi, ataupun aspek semantik.
3.      Proporsional
Proporsional merupakan keseimbangan makna yang dijelaskan dalam suatu wacana. Semisal dalam suatu wacana yang berbentuk simbol dan kata,  antara simbol dan kata atau kalimat yang menyertainya (sebagai penjelas gsimbol tersebut) merupakan satu kesatuan yang menjelaskan topik yang sama.

4.      Tuturan
Tuturan dalam wacana merupaksn bentuk tuturan baik csecara tulis maupun lisan yang dalam wacana, tuturan merupakan media untuk menjelaskan ataupun memaparkan topik dengan tetap memperhatikan kohesi dan koherensi.

Berdasarkan prasyarat pembentukan wacana di atas, ada beberapa contoh bentuk wacana, diantaranya sebagai berikut.
a.       Wacana dalam bentuk tulisan
Wacana dalam bentuk tulisan mengarah pada konteks penyampaian topik wacana berdasarkan penggunaan bahasa tulis serta mengacu pada konteks tertentu. Semisal berdasar pada konteks penyampaian tujuan topik wacana, yakni yang dibedakan menjadi wacana argumentasi, wacana persuasif, wacana narasi, wacana eksposisi, dan wacana argumentasi. Wacana dalam bentuk tulisan memperhatikan kohesi dan koherensi rangkaian unsur-unsur gramatikal.


b.      Wacana dalam bentuk dialog (lisan)
Wacana dalam bentuk dialog atau lisan merupakan wacana yang dalam penyampaian topik menggunakan bahasa ujaran. Wacana dalam bentuk lisan memperhatikan bagaimana penyampaian topik kepada pendengar agar pendengar memahami topik yang telah dijelaskan (diutarakan) serta bagaimana umpan balik yang diberikan pendengar terhadap topik yang telah disampaikan. Hubungan antara penyampaian topik dan umpan balik terhadap topik tersebut memiliki bentuk kohesi dan koherensi yang sesuai sehingga dapat dipahami oleh kedua bela pihak (penutur dan pendengar).

c.       Wacana dalam bentuk simbol
Wacana dalam bentuk simbol merupakan bentuk wacana yang dalam penyampaian topik menggunakan simbol-simbol tertentu. Semisal lambang ‘DILARANG PARKIR DI SINI’ antara simbol dan satuan gramatikal merupakan satuan unsur yang kohesif dan koherensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar