Jumat, 22 Mei 2015

WACANA KOHESI DAN KOHERENSI




A.      Hakikat Wacana
Wacana menurut Henry Guntur Tgarigan diartikan sebagai satuan bahasa yang paling lengkap, yang lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas berkesinambungan dan dapat disampaikan secara tertulis maupun secara lisan. Sedangkan menurut Van Djik, menyatakan bahwa wacana merupakan suatu bangun struktur yang sifatnya abstrak yang didalamnya mengandung sebuah topik dan tersusun secara kohesi dan koherensi.
Berdasarkan dua pengertian di atas, wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap, dimana di dalamnya terdapat sebuah topik serta tersusun secara kohesi dan koherensi. Wacana yang memiliki kesinambungan dalam segi arti (makna) ataupun dalam segi bentuk, merupakan wacana yang  tersusun secara kohesi dan koherensi. pembahasan yang lebih jelas mengenai kohesi dan keherensi adalah sebagai berikut.

1.      Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk, yakni adanya keterkaitan yang padu dan utuh antara unsur-unsur wacana (kata dan kalimat). Hubungan kohesif demikianlah sehingga unsur-unsur dalam wacana dapat bertautan  antara unsur yang satu dengan nnsur lainnya. Kohesi terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
a.       Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan bentuk yang menekankan pada kesesuaian dengan tata bahasa. kohesi gramatikal dibedakan mnjadi 4 jenis sebagai berikut.
1)      Referensi (pengacuan)
Referensi merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
1.       Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
2.       Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.

2)      Substitusi ( penggantian)
Substitusi dalam wacana dapat diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
1.      Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata benda.
2.      Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa kata kerja.
3.      Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa frasa.
4.      Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang berupa klausa.

3)      Elipsis atau pelesapan
Elipsis adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan sebelumnya.
4)      Konjungsi (perangkaian)
Konjungsi adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.

b.      Kohesi Leksikal
Kohesi leksikaartinya kepaduan bentuk sesuai dengan struktur kata. Kohesi leksikal meliputi:
1)      Pengulangan atau repetisi
Repetisi merupakan  cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.

2)      Sinonimi
Sinonimi merupakan persamaan makna kata. Kohesi berdasarkan unsur sinonimi dapat diartikan sebagai kepaduan suatu wacana yang dipengaruhi adanya kesesuaian persamaan makna kata, semisal pahlawan dan pejuang, buta dan tuna netra dan sebagainya.

Contoh:
Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi terciptanya bangsa yang merdeka.

3)      Antonim
Antonim merupakan perlawanan kata, yakni suatu kesesuaian dalam wacana dibentuk berdasarkan adanya makna kata yang berbeda. Semisal ayah X ibu, putra X putri, pria X wanita, kakek X nenek dan sebagainya.
Contoh:
Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit. Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut.

4)      Hiponim
Hiponim merupakan sebuah pernyataan yang berpola umum-khusus
Contoh:
Setiap seminggu sekali ayah selalu membelikan adek buku baru. Bermacam-macam buku ayah beli agar adek rajin belajar, diantaranya buku mewarnai, buku pintar berhitung, dan buku cerita anak.

5)      Kolokasi
Kolokasi merupakan kebalikan dari unsur hiponim, jika unsur hiponim berpola umum-khusus maka unsur kolokasi berpola khusus-umum.
Contoh:
Bermacam-macam buku seperti buku mewarnai, buku pintar berhitung dan buku cerita ayah beli agar adek giat belajar. Hampir setiap satu minggu sekali ayah mebelikan adek buku baru.

6)      Ekuivalensi
Ekuivalensi merupakan kesejajaran dalam sebuah kalimat. Semisal belajar, mengajar dan pelajaran.
Contoh:
Setiap hari minggu adek selalu kursus belajar bahasa inggris. Bu Reni selalu mengajarkan kosa kata yang berbeda setiap selesai membahas mata pelajaran.

2.      Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh. Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
a)        Penambahan
            Penembahan kata penghubung yang berupa dan, juga, lahi pula, selanjutmya.

b)        Repetisi
Penggunaan repetisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensi wacana,

c)         Pronomina
Sarana penghubung yang berupa kata ganti orang, terlihat pada contoh berikut ini:
                        Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. Lani membeli rumah itu dengan harga lima juta rupiah. Harganya agak murah. Dia memang bernasib baik.

d)        Sinonimi
Penggunaan padanan kata (pengulangan makna) sebagai sarana mewujudkan wacana yang koheren.
            Contoh:
                        Memang dia mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasa, dan bersifat keibuan sejati. Tak salah dia memilih kekasih, buah hati yang pantas kelak dijadikan istri, teman hidup selama hayat dikandung badan.

e)         Totalitas Bagian
Totalitas bagian merupakan pernyataan yang berpola umum-kushus.



f)         Komparasi
                        Komparasi atau perbandingan pun dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, seperti dalam contoh berikut ini.
                        Sama halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita beli itu. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat hal yang serupa selekas mungkin? Kita juga sanggup berbuat hal yang sama, takkan lebih dari itu. Tetapi, tidak seperti rumah Paman Lukas yang bertingkat, kita akan membangun rumah yang besar dan luas. Kita tidak perlu mendirikan rumah bertingkat karena tanah kita cukup luas.

g)        Penekanan
            Penekanan-penekanan merupakan unsur pembentuk kekoherensian suatu wacana, karena dengan menejanjan sesutu yang dianggap penting, berikut contoh penekanan dalam kaitannya dengan koherensi suatu wacana.
Contoh:
                        Bekerja bergotong-royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. Jembatan sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di seberang ini telah selesai kita kerjakan. Jelaslah hubungan antara kedua kampung, berjalan lebih lancar. Sudah tentu hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat kedua kampung. 

h)        Kontras
Kontras atau pertentangan para penulis dapat menambah kekoherensifan karyanya. Contoh penggunaan sarana seperti ini terlihat pada berikut ini.
                         tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni. Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap ujian selalu tidak lulus. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin rajin belajar. 

i)     Simpulan
Kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan permasalakan atau topik yang dibahas.

j)     Contoh
Pemberian contoh yang tepat dapat menciptakan kekoherensifan wacana.

k)   Paralelisme
Penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai sarana kekoherensifan wacana. Kesejajaran tersebut dinyatakan dalam satu kalimat. Kesejajaran tersebut bisa berupa subjek predikat, subjek predikat objek, atau yang lain.
Waktu dia datang, memang saya sedang asik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana. Karena asiknya, saya tidak mengetahui, saya tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya.

l)          Waktu
Kekoherensifan wacana terjadi karena adanya unsur tempat dan waktu. Unsur ini dpat juga meningkatkan kekoherensifan suatu wacana.
Contoh:
                        Sementara itu tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Ruangan terasa kian sempit. Tidak lama kemudian, anak saya mengangkat barang itu dan menaruhnya di atas lemari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar